Aku tak
mengharapkanmu selalu hadir saat aku membutuhkanmu. Tidak, aku bahkan
tak pernah memintamu untuk bisa memahami jalan fikiranku. Meski setiap
saat aku selalu berharap bisa menjadi kekuatan bagimu, bisa menjadi
semangat yang membuatmu mempertahankan senyuman itu sampai kapanpun, aku
ingin melihatmu dari dekat, dan merasakan apa yang sedang kau rasakan.
Aku selalu berusaha untuk memahami kerumitan ceritamu, mencoba
menyederhanakan tiap istilah di otakmu, tapi tak semudah itu bagiku. Aku
terlalu bodoh karena berharap bisa sejajar denganmu, tak ubahnya
seperti kunang-kunang yang mencoba menerangi langit di siang hari.
Bagiku,
senyummu adalah satu-satunya penerang nyata dalam kehidupan gelapku,
yang membuatku berani bermimpi tentang hal-hal yang mungkin saja
mustahil terjadi. Tapi aku buta tentangmu, tak mengerti apapun tentang
duniamu, kepalaku rasanya kosong dengan hal-hal yang tidak aku ketahui.
Yang aku tahu hanyalah, begitu banyak cerita yang tidak kuketahui
tentangmu.
Aku suka wajahmu
yang tersenyum, tatapan matamu yang teduh setiap kali menatapku. Selama
ini aku tak pernah menyadari tatapan itu, aku asyik dengan perasaanku
sendiri dan tak pernah berfikir, bahwa di dalam hatimu, sejak awal telah
ada orang lain. Tapi aku tak ingin melepasmu, sungguh tak ingin
kehilanganmu, meski pada akhirnya semua adalah kesalahanku.
Aku
tak mau menebak lagi tentang itu, sekeras apapun usahaku untuk
melupakanmu, tetap saja tak berhasil. Semakin keras aku berusaha
melupakanmu, semakin melekat kau dipikiranku. Hingga pada akhirnya aku
menyerah, kau memang terlalu menyakitkan untuk terus disimpan, namun
juga terlalu berharga untuk secepat itu dilupakan.
Terimakasih, karena kau tak
menjauhiku, dan masih mengajakku bicara seperti biasa. Tapi kehangatan
sikapmu yang tak berubah itu, sekarang terasa sangat menyakitkan
untukku. Kau menceritakan padaku hal-hal tentangnya, betapa bahagianya
kau mengatakan itu, seolah-olah kau tak lagi bisa hidup tanpanya. Meski
terluka karena sikapnya, kau tetap tersenyum untuknya, dan yang bisa
kulakukan, hanya ikut tertawa sambil berusaha menyembunyikan perasaan
dan air mataku disela-sela awan mendung. Bukan ini yang aku ingin
lakukan untukmu, aku tak ingin menangis atas kebahagiaanmu. Meski hanya
sebatas teman, asalkan bisa disisimu, aku akan mampu mendengarkan semua
cerita indahmu tentangnya. Karena itu, berbahagialah apapun yang akan
terjadi esok…